Wayang Kulit Banjar: "Karna Cinta Pasti Bisa Segalanya" Angkat Kisah Perjuangan dan Pengorbanan
Keterangan Gambar : Dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Tanah Laut ke-59, sebuah lakon wayang kulit Banjar bertajuk "Karna Cinta Pasti Bisa Segalanya" sukses memukau penonton. “Lakon ini mengajarkan bahwa apapun yang kita capai harus melalui proses panjang. Hidup itu perlu perjuangan, dan perjuangan butuh pengorbanan. Tanpa itu, tak akan ada hasil yang berarti,” ujar sang Dalang Ririt yang membawakan lakon tersebut, Sabtu hingga Minggu (08/12/2024) menjelang Subuh di Taman Pasar Lawas Nol Kilometer, Pelaihari.

Wayang Kulit Banjar: "Karna Cinta Pasti Bisa Segalanya" Angkat Kisah Perjuangan dan Pengorbanan

Pelaihari – Dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Tanah Laut ke-59, sebuah lakon wayang kulit Banjar bertajuk "Karna Cinta Pasti Bisa Segalanya" sukses memukau penonton. Lakon ini menggambarkan nilai-nilai perjuangan, pengorbanan, dan kerja keras, yang selaras dengan tema besar perayaan, "Bagawi Bahimat, Baharakat Gasan Sabarataan".

Kisah yang dibawakan dalam lakon ini mengambil latar Kerajaan Mandukara dengan tokoh utama Nala Garing, salah satu punakawan yang dikenal pemberani dan cerdik. Melalui alur cerita yang sarat pesan moral, lakon ini menampilkan perjuangan Adipati Janaka atau Arjuna dalam mengumpulkan rakyat dan memberikan arahan tentang kemajuan di berbagai sektor, seperti pertanian, seni, dan infrastruktur.

“Lakon ini mengajarkan bahwa apapun yang kita capai harus melalui proses panjang. Hidup itu perlu perjuangan, dan perjuangan butuh pengorbanan. Tanpa itu, tak akan ada hasil yang berarti,” ujar sang Dalang Ririt yang membawakan lakon tersebut, Sabtu hingga Minggu (08/12/2024) menjelang Subuh di Taman Pasar Lawas Nol Kilometer, Pelaihari.

Ia juga menyisipkan peribahasa lokal yang mengena, “Karena cinta, tahi kambing pun rasa cokelat,” sebagai gambaran betapa cinta dan pengorbanan bisa mengubah segalanya. Dalam konteks ini, cinta dimaknai sebagai semangat dalam bekerja dan berusaha, dengan keyakinan bahwa hasil baik akan dituai di masa depan.

Lakon berdurasi satu jam ini dibawakan dengan gaya khas Banjar, lengkap dengan iringan gamelan dan humor para punakawan seperti Semar dan Bagong. Wayang ini tak hanya menghibur, tetapi juga menjadi medium edukasi bagi masyarakat.

Sebelumnya, grup wayang kulit Banjar ini juga pernah tampil di berbagai acara besar, termasuk peringatan Wayang Nusantara di Jakarta dan sejumlah daerah di luar Kalsel.

Dengan lakon ini, masyarakat diingatkan bahwa kemajuan daerah membutuhkan kerja sama, cinta, dan kerja keras, sesuai dengan semangat "Begawe Berhimat". Lakon ini menjadi bukti bahwa seni tradisional seperti wayang kulit tetap relevan untuk menyampaikan pesan moral mendalam kepada masyarakat. (Diskominfo Tala).

Bagikan halaman ini

Berita Lainnya